Friday, September 25, 2009

Easy Way To Practice Islam

It takes 5 minutes to perform SUBUH PRAYERS when it takes 1 hour to get ready to office.

It takes 2 seconds to say ASSALAMUALAIKUM when it takes 3 minutes to fit yours shoes.

It takes 20 minutes to do your hair when it takes 5 minutes to wear a scarf.

It takes 10 minutes to perform ZOHOR PRAYERS when it takes 45 minutes to have a lunch.

It takes 10 minutes to perform ASAR PRAYERS when it takes 1 hour to be on the phone with your friends or chatting onto the internet.

It takes 5 minutes to recite Holy Quran when it takes 2 hours to watch Hindustan.

It takes 10 minutes to perform MAGHRIB when it take 1 hour to watch TV programme.

It takes 2 seconds to say I LOVE YOU to your mum or dad or even to your siblings but it takes 60 minutes to ARGUE with them.

It takes 5 minutes to read a hadith daily when it takes 60 minutes to read ENTERTAINMENT MAGAZINE.

It takes 10 minutes to perform ISYAK PRAYERS when it takes 45 minutes to GET READY to bed or hours to watch midnight movies.

After all it takes two words to say SYUKUR ALHAMDULILLAH.


Selamat beramal...Happy







Thursday, September 24, 2009

Puasa Enam di Bulan Syawal






Salah satu dari pintu-pintu kebaikan adalah melakukan puasa-puasa sunnah. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah s.a.w “Mahukah aku tunjukkan padamu pintu-pintu kebaikan?Puasa adalah perisai, …”  (Hadis Riwayat Termizi). Puasa dalam hadis ini merupakan perisai bagi seorang muslim baik di dunia mahu pun di akhirat. Di dunia, puasa adalah perisai dari perbuatan-perbuatan maksiat, sedangkan di akhirat nanti adalah perisai dari api neraka. Dalam sebuah hadis Qudsi disebutkan, “Dan sentiasalah hamba-Ku mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya.” (Hadis Riwayat Bukhari)


Puasa Seperti Setahun Penuh
Salah satu puasa yang disunnahkan setelah berpuasa di bulan Ramadhan adalah puasa enam hari di bulan Syawal. Puasa ini mempunyai keutamaan yang sangat istimewa. Dari Abu Ayyub Al Anshori, Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa setahun penuh.” (Hadis Riwayat Muslim). Dari Tsauban, Rasulullah s.a.w“Barangsiapa berpuasa enam hari setelah hari raya Aidil Fitri, maka seperti berpuasa setahun penuh. Barangsiapa berbuat satu kebaikan, maka baginya sepuluh lipatnya.” (Hadis Riwayat Ibnu Majah). Imam Nawawi mengatakan dalam Syarh Shahih Muslim , “Dalam hadis ini terdapat dalil yang jelas bagi madzhab Syafi’e, Ahmad, Daud beserta ulama yang sependapat dengannya iaitu puasa enam hari di bulan Syawal adalah suatu hal yang dianjurkan.” bersabda,


Dilakukan Setelah Aidil Fitri
Puasa Syawal dilakukan setelah Aidil Fitri, tidak boleh dilakukan di hari raya Aidil Fitri. Hal ini berdasarkan larangan Rasulullah s.a.w yang diriwayatkan dari Umar bin Khatab, beliau berkata, “Ini adalah dua hari raya yang Rasulullah melarang berpuasa di hari tersebut: Hari raya Aidil Fitri setelah kamu berpuasa dan hari lainnya tatkala kamu makan daging korban kamu (Aidil Adha).” (Muttafaq ‘alaih)


Adakah Harus Berurutan ?
Imam Nawawi  menjawab dalam Syarh Shshih Muslim: “Afdhalnya (lebih utama) adalah berpuasa enam hari berturut-turut setelah Aidil Fitri. Namun jika ada orang yang berpuasa Syawal dengan tidak berturut-turut atau berpuasa di akhir-akhir bulan, maka dia masih mendapatkan keutamaan puasa Syawal berdasarkan konteks hadits ini”. Inilah pendapat yang benar. Jadi, boleh berpuasa secara berturut-turut atau tidak, baik di awal, di tengah, mahu pun di akhir bulan Syawal. Sekalipun yang lebih utama adalah bersegera melakukannya berdasarkan dalil-dalil yang berisi tentang anjuran bersegera dalam beramal. Sebagaimana Allah berfirman, “Maka berlumba-lumbalah dalam kebaikan.” (Al Maidah: 48). Dan juga dalam hadits tersebut terdapat lafaz ba’da fitri (setelah hari raya Aidil Fitri), yang menunjukkan selang waktu yang tidak lama.


Mendahulukan Puasa Qadho’
Apabila seseorang mempunyai tanggungan puasa (qadho’) sedangkan dia ingin berpuasa Syawal juga, manakah yang didahulukan? Pendapat yang benar adalah mendahulukan puasa qadho’. Sebab mendahulukan sesuatu yang wajib daripada sunnah itu lebih melepaskan diri dari beban kewajiban. Ibnu Rojab berkata dalam Lathiiful Ma’arif, “Barangsiapa yang mempunyai tanggungan puasa Ramadhan, hendaklah dia mendahulukan qadho’nya terlebih dahulu kerana hal tersebut lebih melepaskan dirinya dari beban kewajiban dan hal itu (qadho’) lebih baik daripada puasa sunnah Syawal”. Pendapat ini juga disetujui oleh Syeikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin dalam Syarh Mumthi’. Pendapat ini sesuai dengan makna hadis Abu Ayyub di atas.


Selamat beramal....




Tanpa-Mu

Resah dan gelisah ku rasa
Hidup penuh pancaroba
Roda masa pantas berputar
Menduga iman di dada
Daku yang lena dan terleka
Tenggelam di lautan dunia
Kabur pandangan mataku
Pada nikmat yang menggunung
Mendustakan kurniaanMu
Tiba murkamu menghukum
Keangkuhanku kian hancur
Lantas ku jatuh dan tersungkur
TanpaMu kasih (Oh Kekasih)
Ku tak berdaya (Ku terpedaya)
Hilang punca dan arah (Pada helah dusta dunia)
Hanyut alpa di arus bergelora
Kasih (Oh Kekasih)
Daku derita (Tangisku hiba)
Lemah dalam sengsara (Dan mengalir oh air mata)
Jiwa dan tubuh kepedihan
Terseksa, terhukum
Menanggung kifarah dariMu
Telah ku lalui semalam
Jalanan kelam dan suram
Lampaui batasan insan
KeagunganMu kulupakan
Rahmat dariMu kudambakan
KeampunanMu kupohonkan
Tuhan, ku tak berdaya
Tempuh segala
Tanpa kasihMu
Hatiku ini merindu
Sinar cintaMu Yang Agung
Pasrah merayu redhaMu
Ampuni dosa-dosaku
Rahmat dariMu ku dambakan
KeampunanMu ku pohonkan
*tarbiyah dari sebuah lagu...